Hakikat Puasa
Dalam alquran di sebutkan Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (QS. Azzumar, 39:10).
Demikian dijelaskan dalam Lisan al-Arab, 12/350. Arti semacam ini misalnya disebutkan dalam al-Qur’an, Allah s.w.t. memerintahkan kepada Siti Maryam, ibunda Nabi Isa a.s. sebagai berikut: maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini”. (QS. Maryam, 19:26).
Maksud dari ayat ini menjelaskan bahwa aku (Maryam) menahan dari dari berbicara pada hari ini sebagai nadzar terhadap Tuhan Yang Maha Pengasih. Arti seperti ini bisa dikembangkan lebih jauh seperti menahan diri dari jenis makanan tertentu, menahan diri dari suatu pekerjaan, dan sebagainya.
Menurut pengertian terminologis atau pengertian secara istilah, puasa adalah meninggalkan makan, minum, hubungan seksual dan segala yang membatalkannya, mulai terbit fajar sampai terbenam matahari.
Ibadah shiyam atau puasa, selanjutnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu (1) puasa lahiriyah dan (2) puasa batiniah. Puasa lahiriyah terletak pada tiga hal, yaitu meninggalkan makan, minum, dan hubungan seksual.
Puasa bathiniyah atau ruhaniyah, terdiri dari berbagai macam hal yang dapat merusak puasa seseorang seperti menghindari dusta, berkata palsu, bersaksi palsu, meninggalkan perbuatan keji dan mungkar. Dilanjutkan dengan menghindari sikap angkuh, ujub atau merasa paling baik, riya’ atau kebaikannya ingin dilihat orang lain, hasad atau dengki, dan berbagai macam perbuatan tercela lainnya yang dilarang oleh agama.